Senin, 23 Februari 2009

BENJAMIN BUTTON : THE BEAUTY OF BEING OLD


Benjamin Button terlahir dengan kondisi yang berbeda dengan manusia pada umumnya. Hadir ke dunia dengan bentuk fisik bayi mungil yang tua, serupa manusia di usia 80 tahunan. Meski menangis seperti bayi lainnya, namun rupanya sangat menakutkan. Hingga sang ayah panik dan langsung membuangnya didepan teras sebuah Panti Jompo. Seorang wanita kulit hitam yang bertugas sebagai perawat dan pengelola Panti Jompo menemukan bayi malang ini dan membesarkannya bagai buah hatinya sendiri.
Benjamin tumbuh dengan cara yang terbalik dari manusia biasa. Usianya bertambah namun ke-tua-annnya berkurang. Makin dewasa ia semakin muda. Di usia kanak-kanaknya, ia tertarik dengan seorang gadis kecil bernama Daisy. Mereka bersahabat dengan cara yang unik. Penuh keberanian Benjamin meninggalkan rumah untuk mencoba hidup mandiri diusia yang masih sangat kecil. Sosoknya yang menyerupai seorang kakek tua menolongnya mendapatkan pekerjaan sebagai anak buah kapal. Tak seorangpun mengetahui bahwa sesungguhnya usia Benjamin baru sekitar 10 tahunan.
Pertemuannya dengan sahabat kecilnya, Daisy, membuatnya jatuh cinta. Setelah melalui berbagai rintangan, mereka bisa bersama. Diusianya yang 50-an, Benjamin menjelma menjadi pria yang amat tampan dan gagah. Saat inilah Daisy memberinya seorang anak perempuan. Khawatir putrinya tumbuh dengan kebingungan melihat ayahnya yang akan semakin muda sementara ibunya beranjak tua, Benjamin meninggalkan mereka dan hidup berkelana. Daisy sangat kehilangan.
Saat putri mereka sudah remaja, Benjamin datang untuk menengoknya. Terlihat perawakannya yang menyerupai anak remaja yang amat tampan. Ditemuinya Daisy cinta sejatinya yang telah bersuami sekarang. Setelah sempat bertemu putrinya, Benjamin kembali pergi melanglang buana.
Hingga suatu hari Polisi mendatangi rumah Daisy, memintanya menemui seorang laki-laki bernama Benjamin yang telah hilang ingatan. Betapa terkejutnya Daisy saat menjumpai seorang bocah laki-laki berusia 7 tahunan tengah memainkan piano dalam lamunan. Segeralah Daisy mengenali itu Benjamin cinta sejatinya. Sejak saat itu Daisy selalu menemani Benjamin yang menyerupai sosok anak kecil dari hari ke harinya, sementara Daisy sendiri sudah semakin tua dan terlihat seperti seorang nenek yang sedang mengasuh cucunya. Daisy menuntun Benjamin berjalan layaknya balita yang tengah belajar melangkah. Daisy membacakan cerita pada Benjamin menjelang tidur malamnya. Sayangnya Benjamin sudah tak lagi mampu mengenali Daisy yang pernah sangat dicintainya.
Benjamin tutup usia dalam bentuk seorang bayi mungil yang sangat tampan, dalam buaian hangat Daisy yang semakin menua. Betapa ternyata menjadi tua amatlah indah. Daripada harus menyaksikan seorang bayi mungil menutup mata meninggalkan dunia.
Penulis kisah ini adalah orang yang sangat cerdas dan luar biasa. Diajaknya kita berfikir bagaimana bila hidup dilalui dengan perhitungan waktu yang berjalan mundur kebelakang. Kegembiraan menyambut kelahiran sirna kala mendapati bayi mungil yang terlahir tua. Kesedihan yang aneh menyergap ketika melihat bayi tampan harus meninggal dunia.
Buatku ide cerita film ini benar-benar membukakan mata, bahwasanya menjadi tua seiring bertambahnya usia ternyata adalah sebuah hal yang sangatlah indah. Memang sama-sama dari lemah menjadi kuat lalu kembali lemah. Namun melihat anak kecil yang keriput dan tua ternyata amat menyiksa batin kita.
Salah satu firmanNya dalam Surat Yassin ayat 165 mengatakan : Dan barang siapa kami panjangkan umurnya niscaya kami kembalikan dia kepada awal kejadiannya (seperti anak kecil lagi keadaannya - pen.) Dengan kata lain, sesungguhnya manusia itu ditumbuhkan dari tak ada menjadi ada, dari bayi mungil dan tak tahu apa-apa menjadi anak yang bisa berjalan lalu dewasa, dan ketika semakin tua dijadikanNya manusia lemah dan berkurang pengetahuannya sampai tak bisa berfikir dan berbuat apa-apa bagaikan seorang bayi saja. Namun apabila bentuk fisik diumpamakan ikut berubah sesuai perjalanan hidup manusia yang tersurat dalam firman Tuhan diatas, menjadi seperti yang terjadi pada seorang Benjamin Button, bagaimana menurut kamu ?
Dalam kisah ini aku melihat betapa Tuhan mengatur ciptaannya dengan super jeniusnya. Membentuk manusia didalam tubuh manusia juga sehingga proses detailnya yang hakiki tidak terlihat oleh mata siapa-siapa. Melahirkannya dalam bentuk yang menghadirkan kasih sayang dihati siapapun yang melihatnya dan mendatangkan kegembiraan pada sang ibu yang telah bersusah payah mengandungnya selama 9 bulan. Yang dengan kegembiraan itu maka terhapuslah derita dan sakitnya hamil dan melahirkan. Menumbuhkannya dengan tahapan-tahapan yang perlahan dan sesuai seiring perjalanan waktu dan usia, tanpa sempat disadari bahkan oleh sang orangtua yang menyaksikan perkembangan anak mereka setiap harinya. Menjadi dewasa dengan cara yang tidak mengagetkan. Melewati satu persatu fase kehidupan. Untuk kemudian menua, juga dengan cara perlahan-lahan.
Tahu-tahu kita sudah menemukan uban di kepala kita. Keriput-keriput menghiasi wajah dan kulit kita. Tenaga semakin melemah. Seorang bocah berteriak menyebut eyang ke arah kita. Sang bocah memanggil kita dengan sebutan sayangnya, eyang. Wah, ternyata kita sudah menjadi tua.
Padahal baru kemarin masuk sekolah dasar. Berkenalan dengan teman baru yang nakal. Baru kemarin pesta pernikahan digelar, namun cucu-cucu sekarang meramaikan ruang tamu bagai ada di playgroup saja. Waktu berjalan amat cepat dan tak terasa. Ada yang beruntung menjadi tua, ada yang mati muda. Usia adalah rahasiaNya. Kita hanya bisa mengisi waktu yang masih ada. Mau pulang ke akhirat dengan membawa bekal amal atau dosa, tergantung keputusan melakukan perbuatan apa yang kita kehendaki didunia.
Benjamin buatku adalah aplikasi firman Tuhan yang digambarkan manusia. Dari lemah menjadi kuat dan kembali lemah, namun dengan gambaran yang sedemikian nyata. Dari film ini kita bisa menyaksikan penerapan konsep bertambahnya usia maka sebenarnya semakin berkuranglah jatah hidup kita didunia. Semakin sedikit waktu hidup kita sebenarnya. Hehehe, jadi takut menghadapi ulangtahun, gak lagi berarti tambah umur ya, tapi malah berkurang umurnya.
Segera putuskan apa kebaikan dalam hidup yang mau dijadikan bekal pulang ke kampung akherat nantinya. Mumpung masih ada waktu.

Review :

Durasi film ini sangat panjang sekitar 2 jam 45 menitan. Tempo ceritanya mengalir lambat. Kalau saja bukan karena ingin melihat ketampanan si sexy Brad Pitt dan terkagum-kagum dengan kecantikan Cate Blanchett yang begitu mempesona di film ini serta ide ceritanya yang aneh dan sangat berbeda dari film lainnya, pasti sudah ketiduran deh. Belum lagi 75 % dari film menyajikan gambar orang-orang jompo dengan polah tingkahnya yang lucu. Bikin hati gimana gitu, maklum, kirain porsi lihat si tampan bakal banyak. Gak tahunya salah kira.
Namun akting Brad Pitt dan Cate Blanchett memang luar biasa. Make up artistnya canggih berat, jago banget menyulap wajah dan perawakan Brad Pitt jadi tua banget dan muda yang kebangetan alias remaja (ssst...ternyata makin muda si Brad Pitt makin tampan luoh..hihihi).
Sutradara, penulis, dan seluruh tim produksi bekerja sangat maksimal. Sudut pengambilan gambar dan viewnya boleh juga, sedaplah dipandang mata. Tips dari ku, Usahakanlah untuk menonton film ini dalam keadaan bugar, biar terhindar dari serangan kantuk akibat temponya yang lumayan lama.
Yang paling penting dari film ini adalah isi kisahnya. Bisa banget jadi cerminan hidup kita. Proses kehidupan jadi lebih bermakna setelah menonton film ini sampai tuntas. Aku sendiri tak bisa mencegah turunnya airmata. Tragisnya kehidupan seorang manusia yang terlahir dalam keadaan yang berbeda. Meninggal dunia dalam keadaan bayi mungil nan tampan membuatku terharu bukan kepalang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar