Senin, 23 Februari 2009

MODEL MUSLIMAH 2009


Model muslimah? Aku belum pernah membayangkan pekerjaan ini sebelumnya. Meski pengalaman menjadi model sudah 10 tahun berjalan, tapi aku tidak pernah menjadi model muslimah. Suatu hari di tahun 2007, seorang sahabat menghubungiku. Meminta kesediaanku menjadi model di Tabloid Khalifah tempatnya bekerja. Kutanyakan padanya busana apa yang akan kuperagakan, busana muslim, jawabnya. Setelah menyepakati jumlah honor yang akan kuterima, kamipun menyusun jadwal pemotretan. Agak deg-degan sebenarnya karena aku belum pernah menjadi model muslimah. Saat itu aku memang tidak berjilbab. Aku khawatir pembaca akan menganggap ku benar-benar seorang muslimah yang baik dengan jilbab itu, padahal aku hanyalah seorang model yang berpakaian muslimah, bukan model muslimah. Tapi Anto meyakinkanku bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Berhubung pihak Tabloid Khalifah tidak menyediakan penata rias dan stylist yang akan mensupport proses pemotretan nanti, aku pun meminta izin menghubungi salah seorang sahabatku yang jago banget menata rias sekaligus seorang stylist. Kusebut stylist karena dia mampu mengutak-atik jilbab-jilbab sederhana menjadi sangat modis dan indah. Aku mengagumi hasil karyanya. Namanya Suci. Kuhubungkan Suci dengan pihak Tabloid Khalifah guna mengatur kerjasama yang akan kami lakukan bersama. Tabloid Khalifah setuju untuk menampilkan nama dan nomor telfon Suci di Halaman Mode tempat hasil foto dimuat nantinya.
Jadwal pemotretanpun tiba. Bersama Suci, aku mendatangi lokasi pemotretan di bilangan Kemang, Jakarta Selatan. Ternyata konsepnya adalah keluarga yang sedang memeragakan baju untuk berlebaran. Memang pemotretan dilangsungkan pada bulan suci Ramadhan. Aku berperan sebagai seorang ibu muda. Ada seorang pria yang menjadi bapak, dan 3 orang anak-anak disana. Kamipun berfoto bergiliran, kadang-kadang bersama.
Suci menunjukkan kepiawaiannya. Wajah polosku dirias menjadi begitu cantiknya. Belum lagi jilbab-jilbab sederhana yang akan diperagakan, dirangkainya dengan begitu indah. Aku pun segera beraksi didepan kamera. Anto bersemangat mengambil gambar demi gambar melalui lensa kamera kesayangannya. Beberapa sudut dilokasi pemotretan dieksplorasi secara maksimal. Aku sangat menikmati pose demi pose yang Anto minta. Hobiku difoto memang keterlaluan. Hingga tak pernah habis rasanya energi ini bila aku menjalani sebuah pemotretan. Entahlah mengapa, difoto mendatangkan kebahagiaan tanpa batasan buatku. Apalagi kemudian hobi ini mendatangkan uang. Kebahagiaan yang kudapat otomatis berlipat ganda.
Tak terasa waktu berbuka puasa tiba. Bersamaan dengan itu pula proses pemotretan usai. Setelah mentraktir Suci disebuah restoran sunda sebagai ungkapan terimakasihku atas bantuannya, kamipun pulang. Pada beberapa pemotretan, memang model diminta untuk merias wajahnya sendiri. Ini hal yang biasa terjadi. Makanya lama kelamaan, seorang model memiliki kemampuan merias wajah dan rambutnya bahkan menjadi seorang stylist sebagai tuntutan profesi yang wajib dipenuhinya.
Seminggu kemudian Tabloid Khalifah yang memuat fotoku terbit. Senangnya melihat hasil karya kami yang ternyata sangat ciamik. Anto memperlihatkan kepiawaiannya mengambil gambar dengan angle-angle yang asik. Suci menunjukkan kecanggihannya merias wajah sederhana ini menjadi demikian cantik. Aku mensyukuri pose-pose yang kuperagakan menunjukkan keindahan busana karya desainer Itang Yunasz yang kukenakan. Semoga yang melihat terinspirasi untuk membeli baju-baju ini untuk lebaran. Sehingga hasil pekerjaanku bermanfaat dan mendatangkan keuntungan buat klien yang menggunakan jasaku. Hal ini sangat kuperhatikan sebagai tanggungjawab moril dan profesi model yang kugeluti.
Beberapa bulan setelah pemotretan berlangsung, Allah memberiku hadiah HidayahNya, aku menutup aurat dengan sempurna dan mengenakan jilbab. Semoga istiqomah. Sempat 2 kali aku bekerjasama dengan Tabloid Khalifah. Edisi busana pengantin menjadi konsep pemotretan yang kedua. Kali ini aku yang telah bekerjasama dengan Suci mendirikan sebuah wedding organizer, memamerkan koleksi busana yang kami miliki. Kali ini aku meminta bantuan seorang sahabatku, Henry di komunitas Abang None untuk menemaniku berpose. Kedua hasil pemotretan yang telah dimuat oleh Tabloid Khalifah tersebut bisa dilihat diblog pribadiku ini.
Aku mendapatkan pencerahan. Profesi model yang telah kugeluti sejak tahun 1998 dan sempat vakum karena pernikahan, ingin kutekuni kembali dalam format yang berbeda. Kini aku menjadi model muslimah. Memperagakan busana-busana muslimah yang indah menutupi aurat kita yang indah, menjadi obsesiku tahun 2009. Semoga Allah menuntun perjalananku sekarang. Amin.

MEHRUNNISA THE 20TH WIFE


Mehrunnisa adalah putri seorang pelarian berkebangsaan Persia yang diangkat menjadi Pejabat di Negri India yang saat itu diperintah oleh seorang moslem bernama Sultan Akbar yang hebat. Kecantikannya memikat Pangeran Salim sang putera mahkota. Ambisinya menikah dengan Pangeran membuahkan jalan terjal penuh perjuangan. Dalam keadaan menjanda dengan seorang puteri dari suami terdahulunya, setelah melalui berbagai rintangan yang menguras airmatanya dalam 13 tahun masa penuh pengharapan, Mehrunnisa berhasil diperistri Pangeran Salim yang kala itu sudah naik tahta menjadi Raja bergelar Sultan Jahangir.Mehrunnisa menjadi istri Sultan Jahangir yang ke-20 sekaligus yang terakhir.
Novel indah dari tanah Hindustan buah karya Indu Sundaresan memenangkan Penghargaan Washington State Book Award. Mengandung unsur Sejarah yang begitu penting. Konon Taj Mahal dibangun sebagai penghormatan atas diri Mehrunnisa.
Membacanya membuatku merasa berada dalam lingkungan istana kerajaan mengintip kejadian demi kejadian yang berlangsung dengan sedemikian nyatanya. Begitu indah, secara aku bermimpi ingin menjadi puteri raja yang tinggal di istana nan indah mengenakan gaun-gaun sutra yang amat cantiknya dicintai dan dipuja para pangeran. Paling tidak penggambaran yang disajikan Indu Sundaresan dalam novelnya mewujudkan mimpiku dalam sekejab. Oh, indahnya istana...
Yang menarik perhatianku selain keindahannya adalah ternyata cinta mengalahkan segalanya. Baru di kisah ini kutemukan, ternyata Sultan tetap menginginkan Mehrunnisa meski ia sudah menjadi janda dengan seorang puteri yang juga jelita. Buatku itu artinya, wanita jangan pernah patah semangat. Bila pria kita sudah jatuh cinta, jangan isi fikiran dengan kekhawatiran yang tak berguna. Sementara buat temanku yang kebetulan menjanda, jangan patah semangat, cinta ternyata tak mengenal status seseorang.
Untuk para gadis yang belum menikah, jangan ciutkan hati anda, bila Mehrunnisa saja yang tak gadis lagi berhasil menaklukan hati sang Raja, apalagi kamu-kamu yang masih terpelihara, tak sulitlah memperoleh dambaan hati, kobarkan terus api cintamu, persembahkan buat Pangeran yang Tuhan kirimkan buatmu. Insya Allah pasti ada kok, khan Tuhan yang bilang bahwa Dia menciptakan mahluk itu berpasang-pasangan. Berarti pasangan kamu juga sudah diciptakanNya pula. Gak percaya? Buktiin aja.

MODELLING INGREDIENTS



Layaknya dunia perkuliahan ataupun sekolah yang mempunyai bidang akademis alias spesialisasi, dunia modelling juga memiliki bidang spesialisasi atau kekhususan. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan kriteria yang dibutuhkan oleh user atau klien yang menggunakan jasa kita. Berikut ini penjelasannya:

1. Model Foto
Model foto adalah seorang model yang dibutuhkan untuk keperluan pemotretan Fotogenik artinya wajahnya sangat bersahabat dengan kamera, sehingga wajah sang model akan terlihat lebih cantik atau lebih tampan atau lebih menarik pada foto yang dihasilkan nanti. Selain itu model foto atau fotomodel lebih bertoleransi terhadap bentuk fisik, maksudnya fotomodel boleh tidak tinggi menjulang, boleh punya tubuh yang lebih berisi. Tapi kesehatan dan keindahan kulit, rambut hingga gigi harus tetap terjaga looh. Demi memaksimalkan hasil foto yang dibutuhkan klien nantinya. Kelenturan tubuh juga diperlukan karena fotomodel dituntut untuk bisa menampilkan berbagai pose yang diperlukan. Makanya, perlu juga seorang fotomodel rajin berolahraga, biar tubuhnya lentur dan sehat. Selain itu, seorang fotomodel diharuskan mengatur waktu istirahatnya dengan baik, agar ekspresi yang dihasilkan oleh matanya bisa cantik berbinar. Keindahan batin juga harus dijaga ya, karena batin yang indah akan menghasilkan binar mata yang indah juga senyum tulus yang menawan. Nah, karena tinggiku hanya 165 cm dan kekuatanku adalah wajah yang fotogenik, aku menempatkan posisiku pada model foto yang ini alias menjadi seorang fotomodel.

2. Model Catwalk
Model Catwalk adalah seorang model yang memeragakan busana karya seorang desainer diatas catwalk. Tinggi badan diatas 170 cm adalah yang mutlak dimiliki oleh seseorang yang ingin menjadi model catwalk. Berat badan yang proporsional dan langsing tentunya hal yang penting.

3. Model Iklan
Model iklan yang aku maksud disini adalah model untuk iklan yang ditayangkan dilayar televisi. Tidak ada persyaratan khusus yang dapat didefinisikan disini mengingat beragamnya karakter yang dibutuhkan sebuah iklan. Misalnya iklan sabun cuci membutuhkan profil seorang ibu sebagai main talent atau bintang nya, nah kamu yang masih remaja belasan tahun tentunya tidak memenuhi kriteria khan. Selain itu bila si ibu yang diinginkan adalah yang berbadan gemuk, tentunya wanita yang kurus tidak akan lolos castingnya. Dengan jangkauan kebutuhannya yang luas, bisa dibilang lebih banyak orang yang bisa menjadi bintang iklan. Sesuaikan dengan karakternya saja nantinya.

4. Model muslimah
Ini definisi model yang kubuat dan kumaksudkan sendiri ya. Buatku, model muslimah sangat diperlukan sekarang ini. Perkembangan islam yang begitu pesat dan lebih ramah serta kesadaran muslimah menutup aurat yang semakin tinggi, tentunya merangsang pertumbuhan dan penciptaan trend fashion dan pernak pernik yang khusus diperuntukkan bagi wanita muslimah. Alangkah baiknya apabila produk-produk yang ada baik produk fashion ataupun artikel yang membutuhkan penggambaran seorang wanita muslimah, dilakoni oleh seorang wanita yang benar-benar muslimah dan dalam hal ini berjilbab. Bukan hanya seorang wanita yang dipakaikan jilbab. Menurutku, hal ini nantinya akan menguatkan image produk yang dibawakan karena keseharian yang sesuai telah melekat pada modelnya. Selain itu, potensi muslimah yang berminat dengan dunia modellingpun bisa dikembangkan dengan baik. Profesi model bukanlah profesi yang tidak baik. Apabila pelakunya bisa menyelaraskan pekerjaannya dengan ketentuan yang berlaku, aku rasa boleh-boleh saja muslimah menjadi seorang model. Silahkan lihat mba Ratih Sang, mba Astri ivo juga Inneke Koesherawati, sepertinya beliau semua dapat menjadi contoh panutan yang baik buat kita.
Model iklan yang aku maksud disini adalah model untuk iklan yang ditayangkan dilayar televisi. Tidak ada persyaratan khusus yang dapat didefinisikan disini mengingat beragamnya karakter yang dibutuhkan sebuah iklan. Misalnya iklan sabun cuci membutuhkan profil seorang ibu sebagai main talent atau bintang nya, nah kamu yang masih remaja belasan tahun tentunya tidak memenuhi kriteria khan. Selain itu bila si ibu yang diinginkan adalah yang berbadan gemuk, tentunya wanita yang kurus tidak akan lolos castingnya. Dengan jangkauan kebutuhannya yang luas, bisa dibilang lebih banyak orang bisa menjadi bintang iklan. Sesuaikan dengan karakternya saja nantinya.

BENJAMIN BUTTON : THE BEAUTY OF BEING OLD


Benjamin Button terlahir dengan kondisi yang berbeda dengan manusia pada umumnya. Hadir ke dunia dengan bentuk fisik bayi mungil yang tua, serupa manusia di usia 80 tahunan. Meski menangis seperti bayi lainnya, namun rupanya sangat menakutkan. Hingga sang ayah panik dan langsung membuangnya didepan teras sebuah Panti Jompo. Seorang wanita kulit hitam yang bertugas sebagai perawat dan pengelola Panti Jompo menemukan bayi malang ini dan membesarkannya bagai buah hatinya sendiri.
Benjamin tumbuh dengan cara yang terbalik dari manusia biasa. Usianya bertambah namun ke-tua-annnya berkurang. Makin dewasa ia semakin muda. Di usia kanak-kanaknya, ia tertarik dengan seorang gadis kecil bernama Daisy. Mereka bersahabat dengan cara yang unik. Penuh keberanian Benjamin meninggalkan rumah untuk mencoba hidup mandiri diusia yang masih sangat kecil. Sosoknya yang menyerupai seorang kakek tua menolongnya mendapatkan pekerjaan sebagai anak buah kapal. Tak seorangpun mengetahui bahwa sesungguhnya usia Benjamin baru sekitar 10 tahunan.
Pertemuannya dengan sahabat kecilnya, Daisy, membuatnya jatuh cinta. Setelah melalui berbagai rintangan, mereka bisa bersama. Diusianya yang 50-an, Benjamin menjelma menjadi pria yang amat tampan dan gagah. Saat inilah Daisy memberinya seorang anak perempuan. Khawatir putrinya tumbuh dengan kebingungan melihat ayahnya yang akan semakin muda sementara ibunya beranjak tua, Benjamin meninggalkan mereka dan hidup berkelana. Daisy sangat kehilangan.
Saat putri mereka sudah remaja, Benjamin datang untuk menengoknya. Terlihat perawakannya yang menyerupai anak remaja yang amat tampan. Ditemuinya Daisy cinta sejatinya yang telah bersuami sekarang. Setelah sempat bertemu putrinya, Benjamin kembali pergi melanglang buana.
Hingga suatu hari Polisi mendatangi rumah Daisy, memintanya menemui seorang laki-laki bernama Benjamin yang telah hilang ingatan. Betapa terkejutnya Daisy saat menjumpai seorang bocah laki-laki berusia 7 tahunan tengah memainkan piano dalam lamunan. Segeralah Daisy mengenali itu Benjamin cinta sejatinya. Sejak saat itu Daisy selalu menemani Benjamin yang menyerupai sosok anak kecil dari hari ke harinya, sementara Daisy sendiri sudah semakin tua dan terlihat seperti seorang nenek yang sedang mengasuh cucunya. Daisy menuntun Benjamin berjalan layaknya balita yang tengah belajar melangkah. Daisy membacakan cerita pada Benjamin menjelang tidur malamnya. Sayangnya Benjamin sudah tak lagi mampu mengenali Daisy yang pernah sangat dicintainya.
Benjamin tutup usia dalam bentuk seorang bayi mungil yang sangat tampan, dalam buaian hangat Daisy yang semakin menua. Betapa ternyata menjadi tua amatlah indah. Daripada harus menyaksikan seorang bayi mungil menutup mata meninggalkan dunia.
Penulis kisah ini adalah orang yang sangat cerdas dan luar biasa. Diajaknya kita berfikir bagaimana bila hidup dilalui dengan perhitungan waktu yang berjalan mundur kebelakang. Kegembiraan menyambut kelahiran sirna kala mendapati bayi mungil yang terlahir tua. Kesedihan yang aneh menyergap ketika melihat bayi tampan harus meninggal dunia.
Buatku ide cerita film ini benar-benar membukakan mata, bahwasanya menjadi tua seiring bertambahnya usia ternyata adalah sebuah hal yang sangatlah indah. Memang sama-sama dari lemah menjadi kuat lalu kembali lemah. Namun melihat anak kecil yang keriput dan tua ternyata amat menyiksa batin kita.
Salah satu firmanNya dalam Surat Yassin ayat 165 mengatakan : Dan barang siapa kami panjangkan umurnya niscaya kami kembalikan dia kepada awal kejadiannya (seperti anak kecil lagi keadaannya - pen.) Dengan kata lain, sesungguhnya manusia itu ditumbuhkan dari tak ada menjadi ada, dari bayi mungil dan tak tahu apa-apa menjadi anak yang bisa berjalan lalu dewasa, dan ketika semakin tua dijadikanNya manusia lemah dan berkurang pengetahuannya sampai tak bisa berfikir dan berbuat apa-apa bagaikan seorang bayi saja. Namun apabila bentuk fisik diumpamakan ikut berubah sesuai perjalanan hidup manusia yang tersurat dalam firman Tuhan diatas, menjadi seperti yang terjadi pada seorang Benjamin Button, bagaimana menurut kamu ?
Dalam kisah ini aku melihat betapa Tuhan mengatur ciptaannya dengan super jeniusnya. Membentuk manusia didalam tubuh manusia juga sehingga proses detailnya yang hakiki tidak terlihat oleh mata siapa-siapa. Melahirkannya dalam bentuk yang menghadirkan kasih sayang dihati siapapun yang melihatnya dan mendatangkan kegembiraan pada sang ibu yang telah bersusah payah mengandungnya selama 9 bulan. Yang dengan kegembiraan itu maka terhapuslah derita dan sakitnya hamil dan melahirkan. Menumbuhkannya dengan tahapan-tahapan yang perlahan dan sesuai seiring perjalanan waktu dan usia, tanpa sempat disadari bahkan oleh sang orangtua yang menyaksikan perkembangan anak mereka setiap harinya. Menjadi dewasa dengan cara yang tidak mengagetkan. Melewati satu persatu fase kehidupan. Untuk kemudian menua, juga dengan cara perlahan-lahan.
Tahu-tahu kita sudah menemukan uban di kepala kita. Keriput-keriput menghiasi wajah dan kulit kita. Tenaga semakin melemah. Seorang bocah berteriak menyebut eyang ke arah kita. Sang bocah memanggil kita dengan sebutan sayangnya, eyang. Wah, ternyata kita sudah menjadi tua.
Padahal baru kemarin masuk sekolah dasar. Berkenalan dengan teman baru yang nakal. Baru kemarin pesta pernikahan digelar, namun cucu-cucu sekarang meramaikan ruang tamu bagai ada di playgroup saja. Waktu berjalan amat cepat dan tak terasa. Ada yang beruntung menjadi tua, ada yang mati muda. Usia adalah rahasiaNya. Kita hanya bisa mengisi waktu yang masih ada. Mau pulang ke akhirat dengan membawa bekal amal atau dosa, tergantung keputusan melakukan perbuatan apa yang kita kehendaki didunia.
Benjamin buatku adalah aplikasi firman Tuhan yang digambarkan manusia. Dari lemah menjadi kuat dan kembali lemah, namun dengan gambaran yang sedemikian nyata. Dari film ini kita bisa menyaksikan penerapan konsep bertambahnya usia maka sebenarnya semakin berkuranglah jatah hidup kita didunia. Semakin sedikit waktu hidup kita sebenarnya. Hehehe, jadi takut menghadapi ulangtahun, gak lagi berarti tambah umur ya, tapi malah berkurang umurnya.
Segera putuskan apa kebaikan dalam hidup yang mau dijadikan bekal pulang ke kampung akherat nantinya. Mumpung masih ada waktu.

Review :

Durasi film ini sangat panjang sekitar 2 jam 45 menitan. Tempo ceritanya mengalir lambat. Kalau saja bukan karena ingin melihat ketampanan si sexy Brad Pitt dan terkagum-kagum dengan kecantikan Cate Blanchett yang begitu mempesona di film ini serta ide ceritanya yang aneh dan sangat berbeda dari film lainnya, pasti sudah ketiduran deh. Belum lagi 75 % dari film menyajikan gambar orang-orang jompo dengan polah tingkahnya yang lucu. Bikin hati gimana gitu, maklum, kirain porsi lihat si tampan bakal banyak. Gak tahunya salah kira.
Namun akting Brad Pitt dan Cate Blanchett memang luar biasa. Make up artistnya canggih berat, jago banget menyulap wajah dan perawakan Brad Pitt jadi tua banget dan muda yang kebangetan alias remaja (ssst...ternyata makin muda si Brad Pitt makin tampan luoh..hihihi).
Sutradara, penulis, dan seluruh tim produksi bekerja sangat maksimal. Sudut pengambilan gambar dan viewnya boleh juga, sedaplah dipandang mata. Tips dari ku, Usahakanlah untuk menonton film ini dalam keadaan bugar, biar terhindar dari serangan kantuk akibat temponya yang lumayan lama.
Yang paling penting dari film ini adalah isi kisahnya. Bisa banget jadi cerminan hidup kita. Proses kehidupan jadi lebih bermakna setelah menonton film ini sampai tuntas. Aku sendiri tak bisa mencegah turunnya airmata. Tragisnya kehidupan seorang manusia yang terlahir dalam keadaan yang berbeda. Meninggal dunia dalam keadaan bayi mungil nan tampan membuatku terharu bukan kepalang.

WAJAH FEMINA 1998


Formulir itu dibanting Ayah. Setelah tanpa membaca, beliau menandatanganinya, insting ke-bapak-an nya menggoda untuk bertanya, Formulir apa gerangan yang baru saja ditandatanganinya. Penuh ketakutan aku menjawab lirih, Formulir Pemilihan Cover Girl MODE, Yah. Serta merta beliau menegurku dengan keras, ”Tugasmu adalah belajar disekolah. Bukan mengikuti kegiatan tak berguna seperti ini”. Aku tertunduk diam. Perlahan kuambil Formulir itu lalu melangkah gontai memasuki kamar, ruang terfavoritku dirumah. Disana aku menangis.
Kuberanikan diri mengirimkannya. Selang tak berapa lama aku mendapat panggilan audisi. Kata nya aku terpilih menjadi semifinalis. Di audisi ini aku gagal. Namun kebanggaan menyesaki dada kala kulihat fotoku dimuat di lembar pengumuman Semifinalis CoverGirl Majalah MODE tahun 1992. Tak satupun orang ku beritahu. Tidak juga keduaorangtuaku yang saat itu sedang menunaikan Ibadah Haji. Masa akhir SMP kututup dengan debut pertamaku di majalah. Kenangan yang sangat manis.
Tanpa sengaja kulihat pengumuman pendaftaran peserta Pemilihan Wajah Femina 1998. Kejadian pahit masa silam tak hendak ku ulangi. Kupaksa Mama menandatangani Formulir pendaftaran Pemilihan Wajah Femina 1998 sebagai tanda persetujuan orang tua. Kuminta beliau merahasiakan hal ini pada Ayah. Kujanjikan padanya, ini kegiatan pemilihan model terakhir yang akan aku ikuti bila aku tetap gagal. Karena kasihnya padaku, Mama memenuhi permintaanku dan memintaku menepati janji kelak.
Tak disangka aku diundang mengikuti audisi lanjutan oleh majalah Femina. Tak banyak berharap aku pun datang. Wawancara awal dilakukan, sekaligus pemotretan kecil. Wah, belum apa-apa saja rasanya aku sudah bahagia bisa menjajal studio pemotretan majalah Femina yang terkenal, pertama kalinya pula aku difoto oleh Fotografer profesional sekaliber Mas Ariel. Dikemudian hari aku mengagumi hasil fotonya. Buatku Ia fotografer terbaik yang bisa menampilkan sosok paling cantik dari diriku. Suatu siang dirumah, aku menerima sebuah telfon keajaiban, penelfon menyampaikan bahwa aku lolos menjadi Finalis Wajah Femina 1998. Tiba-tiba airmata membasahi pipiku, sambil terisak berulang kali kutanya, benarkah apa yang dia katakan. Berkali pula ia menjawab kebenaran yang sama. Setelah ku ucapkan terimakasih, kututup telfon. Setengah berlari aku datangi Mama, kupeluk beliau dan kusampaikan kabar yang baru saja kuterima. Mama mengucapkan selamat. Sementara Ayah hanya diam saja. Aku begitu suka difoto. Obsesi ku adalah melihat fotoku terpajang di majalah. Maklum, buat gadis kuper yang tinggal dikampung, hal ini sudah seperti mimpi. Dan kini, mimpi itu terasa begitu dekat. Aku pun tak memperdulikan ketidaksetujuan Ayah.
Sedikit demi sedikit kutabung seluruh uang jajanku. Aku ingin membeli perlengkapan untuk karantina nanti tanpa sepengetahuan keduaorangtuaku. Dengan bekal informasi fashion yang seadanya, ditemani Lia, sahabatku, aku berbelanja di sebuah pusat perbelanjaan. Fikirku, biar sederhana tak apalah, asal sedap dipandang dan tak terlalu ketinggalan jaman. Karena aku tak ingin jadi bahan cemoohan teman sesama finalis di masa karantina yang mendebarkan. Satu hal yang menjadi kendala, tabunganku tak cukup untuk membeli gaun yang akan kukenakan di waktu penjurian nanti.
Untunglah mama menangkap kegelisahanku ini. Dia rela mengantarku ke sebuah butik yang lagi ngetop dan membebaskanku memilih gaun yang kusuka. Mataku tertumbuk pada sepotong gaun indah simpel berwarna lila bermotif bunga-bunga. Setelah kucoba aku makin jatuh cinta. Rasanya gaun ini dibuat khusus untukku. Lumayan dalam mama harus merogoh koceknya saat itu. Dengan senyuman ia membelikan gaun lila nan cantik buatku. Tak lupa sepasang sepatu senada menjadi teman setia.
Dag dig dug yang kubawa dari rumah pecah dihotel tempat Finalis Wajah Femina 1998 di karantina. Kusaksikan teman sesama finalis yang cantik-cantik luarbiasa. Beberapa diantaranya bahkan acap kali menghiasi layar kaca sebagai bintang iklan. Rasa optimisku langsung lenyap. Apalagi demi mengingat koleksi busana yang sudah pasti kalah keren dari mereka. Tanpa ada merk nya pula.
Walhasil aku pasrah. Daripada murung bagai katak dalam tempurung, kuputuskan untuk menikmati semua acara yang dijadwalkan Femina. Untunglah aku mendapat teman sekamar yang juga sederhana. Namanya Marina. Asalnya dari Surabaya. Dengan cepat kami bersahabat. Tak ada sama sekali aura persaingan. Karena belum apa-apa, kami sudah tahu bahwa kami tidak akan menang. Jadi saat itu tak ada keberatan yang kami fikirkan. Pemotretan demi pemotretan kami jalani dengan senang tanpa beban.
Waktu penjurianpun tiba. Sebelum subuh kami sudah sibuk berdandan. Finalis diharuskan tampil dengan gayanya masing-masing tanpa bantuan penata rias. Ilmu merias yang kuperoleh dari Sari Ayu yang menjadi sponsor utama Pemilihan Wajah Femina saat itu langsung kupraktekkan. Rambut indahku ku gulung hingga bergelombang. Menenteng tasbih mungil berwarna pink kesayangan aku melangkah ke ruang penjurian. Sambil menunggu giliran, bibirku tak henti-hentinya mengumandangkan namaNya mengiringi gerakan tasbih mungil ditangan. Kulakukan karena aku tak lagi tahu kemana harus meminta pertolongan menghadapi penjurian Aku benar-benar deg-degan.
Bagaimana tidak, sederet nama beken yang sangat kompeten siap menilai diriku. Ada Ibu Widarti Gunawan, Pemimpin Redaksi Femina, Krisdayanti, satu-satunya Diva Favoritku, Mas Jay Subiyakto yang terkenal dengan ketajaman matanya dalam menilai bakat dan kemampuan seseorang, Mas Ariel, Fotografer Femina yang dahsyat hasil karyanya, serta Mba Wawa yang ahli tata rias. Rasanya beliau semua siap menerkamku bulat-bulat.
Sempat terasa berhenti jantung ini saat namaku dipanggil untuk menghadap. Setelah menitipkan tasbih mungilku pada panitia, aku mengucapkan Bismillah, lalu melangkah masuk kedalam ruang penjurian. Tuhan menunjukkan kuasaNya mengirimkan pertolonganNya. Seketika rasa takutku sirna. Aku begitu tenang. Satu persatu pertanyaan juri kujawab dengan spontan. Berkali-kali tawa juri terdengar setiap aku selesai menjawab. Entahlah mengapa. Kupikir aku begitu bodohnya hingga jawabanku memancing tawa. Suatu saat mereka bertanya, Siapa yang menurutku paling pantas menjadi Pemenang Wajah Femina 1998. Dengan yakin aku mengatakan akulah orangnya. Sedikit kaget mereka kembali bertanya apa yang membuatku begitu yakinnya. Aku sampaikan saja bahwa lolos menjadi Finalis Wajah Femina 1998 saja buatku sudah sebuah kemenangan yang luar biasa. Karena aku berhasil menyisihkan ribuan pendaftar lainnya. Sehingga buatku, aku adalah seorang Pemenang.
Setelah itu aku dipersilahkan keluar. Aku baru terkejut mengingat semua jawaban yang aku lontarkan. Rata-rata semua jawaban nekat. Aku tak mengerti darimana kenekatan itu berasal.
Tak terasa Malam Penobatan Wajah Femina 1998 tiba. AC kamar hotelku yang begitu dingin telah membuat flu menyerang tubuh letihku. Aku tak sempat lagi memikirkan berapa besar kemungkinanku keluar sebagai pemenang. Nafas saja begitu susah melewati hidung ini. Namun aku tetap berdoa agar aku tak jatuh pingsan di panggung nanti. Satu demi satu penampilan jatah penampilanku dipanggung kunikmati benar-benar. Fikirku ini adalah fashion show pertama dan terakhirku. Setelah ini tamatlah sudah riwayatku karena aku bukanlah Pemenangnya.
Pengumuman Pemenang Wajah Femina 1998 mulai dibacakan. Semua Finalis berdiri tegang sambil berpose maksimal. Mungkin diantara kami hanya aku yang tidak tegang. Maklum, aku sama sekali tidak berharap akan mendapatkan salah satu gelar kemenangan. Marina teman sekamarku keluar sebagai Pemenang Busana Nasional Wajah Femina 1998. Dengan tatapan penuh kebingungan ia melangkah kedepan memenuhi panggilan. Aku tahu ia benar-benar tidak menyangkanya. Aku bertepuk tangan dengan semangat 45. Aku sangat bahagia. Hingga Pemenang ke-2 Wajah Femina 1998 disebut, tetap bukan namaku jua. Aku semakin yakin tak akan mungkin menang. Pemenang I itu sudah pasti bukan jatahku. Fikirku demikian.
Maka tatkala Kinaryosih Pemenang Wajah Femina 1997 menyebutkan Finalis No 17 sebagai Pemenang I Wajah Femina tahun 1998, tak seorangpun maju kedepan. Aku sempat bingung mengapa tak kunjung ada yang maju. Hingga nama Desy Andriani disebut, tetap tak ada yang maju. Tiba-tiba teman kanan kiriku menoleh ke arahku dan memberikan isyarat perintah agar aku maju kedepan. Barulah pada panggilan kedua aku tersadar, Desy Andriani itu namaku. Sambil menutup mulut dengan kedua tanganku, aku melangkah perlahan kedepan. Aku melihat segalanya begitu putih dihadapanku. Untunglah aku tak sampai pingsan. Aku tersadar ketika Kinar menyelempangkan selempang gelar Pemenang I Wajah Femina 1998 ketubuhku seraya mengucapkan selamat. Lalu Ibu Widarti Gunawan menyerahkan karangan bunga mawar tercantik yang pernah kulihat, serta Piala Wajah Femina 1998 padaku.
Tak sadar aku menangis terharu. Terlebih melihat Ayah yang merangsek kedepan panggung sembari mengacungkan kedua jempol tangannya tinggi-tinggi ke arahku. Belum pernah kulihat beliau sebahagia itu. Sekonyong-konyong legalah hatiku. Keinginanaku untuk menjadi seorang Fotomodel telah mendapatkan restu. Tak hanya dari mama tapi juga dari Ayahku.
Kulihat dengan sangat jelas Tuhan beraksi sangat cantik malam itu. Dia mewujudkan mimpi paling mustahil ku. Dia meyakinkanku, ciptaanNya dalam wajahku sesungguhnya begitu cantik diluar dugaanku. Perlu cara untuk menunjukkannya padaku. Tak dinyana cara yang demikian cantiknya Dia pilihkan untukku. Segera aku bersyukur tak lupa memohon ampun untuk seluruh khilafku.
Malam berganti terang, kusaksikan wajahku mengisi berita dilayar kaca dan berbagai media. Tak kalah menakjubkannya adalah saat hari Majalah Femina edisi cover Pemenang I Wajah Femina 1998 terbit. Itulah bukti nyata lainnya betapa bila Tuhan berkehendak, maka segala yang tak mungkinpun bisa menjadi kenyataan dengan begitu mudahnya. Aku bahagia dan bangga. Karena mimpi menjadi Fotomodel Profesional menjadi nyata dengan dinobatkannya aku menjadi Pemenang Wajah Femina 1998.
Alhamdulillah, Terimakasih Tuhan, Kau hanya ingin menunjukkan pada hambamu yang hina ini, secuil saja dari kekuasaanmu yang Maha Luas. Terimakasih Femina atas kepercayaan luarbiasa dan pintu bernama kesempatan yang terbuka lebar sehingga aku bisa merasakan indahnya bekerja dibidang yang aku cintai. Terimakasih Ayah dan Mama, hingga saat ini kesepakatan kita tidak pernah kulanggar. Aku tidak pernah difoto dengan busana minim termasuk baju renang. Terimakasih telah memberiku kepercayaan untuk meraih sukses dengan cara dan keyakinanku sendiri.
Buat semua orang, bermimpilah sesukamu dan tempuh perjalanannya. Biarkan Tuhan beraksi dengan cantik untuk mewujudkannya. Hidup impian.

Depok, 07 januari 2009